Sabtu, 22 September 2012
DIBERKATI UNTUK MENJADI BERKAT
Nats : 2 Korintus 8:1-7
Tujuan :
Jemaat mengerti alasan memberikan berkat
Jemaat mengerti aspek-aspek berkat
Pendahuluan
Latar belakang 2 Korintu 8
2 Korintus 8 ini dituliskan oleh Paulus kepada jemaat di Korintus, dengan maksud ingin mengingatkan mereka akan janji jemaat Korintus. Jemaat Korintus pernah berjanji kepada Paulus untuk memberikan berkat yang mereka miliki berupa sumbangan dana bagi Yerusalem. Namun, dengan berjalannya hari, mereka mulai undur dari janji mereka sendiri dan Paulus melalui surat ini ingin kembali menegaskan apa yang menjadi janji jemaat Korintus.
Peralihan : Untuk dapat menjadi seorang percaya yang membagikan berkat, maka kita perlu mengerti alasan firman Tuhan terhadap berkat tersebut, sehingga berkat itu dapat kita sampaikan kepada sesama kita, saudara ataupun rekan dan keluarga kita.
Isi
Semua manusia di dunia ini mau dan membutuhkan berkat. Berkat umum yang didapat, diantaranya:
Keluarga
Harta
Jabatan
Perlindungan
Kebahagiaan
Kesejahteraan, dll
Orang yang percaya kepada Yesus, akan menambahkan beberapa point berkat, yang saya namakan dengan berkat khusus, diantaranya:
Berkat keselamatan
Firman Tuhan untuk mengarahkan hidup kita
Roh Kudus untuk menegur dan mengingatkan hati kita
Talenta untuk melayani
Namun, jangan dilupakan semua berkat ini harus kita bagikan kepada setiap orang yang membutuhkan, termasuk orang yang belum percaya kepada Tuhan. Mengapa? Ada 3 alasan tentang membagikan berkat yang dapat kita pelajari melalui firman Tuhan pada hari ini:
1. Berkat berasal dari kasih karunia Allah (ay.1)
Di dalam firman Tuhan ini, Paulus menceritakan kepada jemaat Korintus tentang bagaimana komitmen memberi di dalam jemaat Makedonia. Jemaat Makedonia ini adalah salah satu jemaat Paulus yang berhasil di dalam pengabaran injil, sehingga mereka mampu berkomitmen untuk menjadi berkat atau memberi berkat bagi oranglain. Jemaat Makedonia sadar akan pekerjaan Tuhan bagi mereka, sehingga mereka tidak hanya mau menerima dan dinikmati sendiri saja, namun mereka mau membagikannya kepada orang yang membutuhkan, sehingga orang yang mendapat berkat dari jemaat Makedonia pun beroleh sukacita. Mereka mau mensyukuri berkat Tuhan itu dengan membagikan berkat yang mereka dapati kepada orang yang membutuhkan.
Paulus di sini mengingatkan bagaimana berkat adalah anugerah Allah yang diberikan kepada setiap orang percaya. Dengan kesadaran inilah maka, Paulus sebenarnya meminta kepada jemaat Korintus untuk sadar akan kasih karunia Allah ini yang telah mereka terima. Paulus berharap bahwa saat jemaat Korintus membaca surat ini, mereka sadar bahwa mereka memiliki berkat dari Allah maka mereka juga mau bagikan kepada orang-orang di Yerusalem yang pada saat itu sedang membutuhkan dana.
Begitu juga dengan setiap kita sebagai orang yang telah beroleh berkat yang besar dari Tuhan. Kita mau sadar bahwa berkat yang selama ini kita dapat asalnya dari Tuhan dan dengan kesadaran inilah kita tidak maenyimpan berkat itu sendiri saja, namun kita mau membagikannya bagi orang-orang yang ada disekitar kita. Berkat apa saja dapat kita berikan kepada oranglain yang membutuhkan, misalnya: jika kita ini seorang yang berkecukupan di dalam hal materi, maka kita sadari bahwa semuanya itu datangnya dari Tuhan, kita mau bersyukur kepada-Nya dengan bagikan berkat yang kita miliki itu untuk membantu mencukupkan kebutuhan orang-orang yang berkekurangan. Jika kita seorang guru, kita diberi berkat oleh Tuhan untuk mampu mengajar para siswa, maka mari kita gunakan berkat itu untuk mengajar para siswa sebagai ucapan syukur kepada Tuhan.
Contoh : seperti jemaat mula-mula di dalam kisah pararasul. Mereka mau saling berbagi berkat sebagai kesadaran mereka akan asal berkat itu dan ucapan syukur kepada Tuhan atas berkat yang telah diberikan kepada mereka.
2. Memberi berkat bukti ketaatan kepada firman Tuhan (ay. 2-4)
Dalam firman Tuhan kali ini, Paulus menjelaskan melalui suratnya kepada jemaat Korintus tentang alasan lain harus memberikan berkat, yaitu sebagai bukti ketaatan kepada firman Tuhan.
Alkitab selalu mengajarkan kasih dan peduli sesama. Namun, ini perlu dibedakan dengan agama lain. Peduli dan kasih agama lain lebih kepada beroleh ketenangan batin, agar tuhan memberikan mereka pahala yang besar dan agar mereka beroleh selamat. Namun, di dalam keKristenan, kasih dan peduli sesama sebagai lambang nyata perubahan hidup orang yang sudah percaya kepada Tuhan. Hidup orang yang percaya tidak lagi mementingkan diri sendiri, tidak lagi bersikap ingin menang sendiri ataupun ingin menikmati berkat itu sendiri. Namun, saat seorang sudah beroleh keselamatan dari Yesus, maka ia akan patuh terhadap firman Tuhan untuk peduli dan mengasihi sesama manusia. Peduli dan kasih inilah yang menjadi bagian di dalam jiwa orang percaya, sehingga mereka dengan rela hati, sukacita mau memberikan berkat bagi oranglain. Jika kita simak, inilah yang Paulus saksikan tentang jemaat Makedonia. Bahkan dijelaskan oleh Paulus bahwa jemaat Makedonia bukan hanya memberikan berkat berdasarkan kemampuan mereka sendiri, namun mereka mau memberikannya di dalam berbagai situasi bahkan mereka berikan lebih. Inilah bukti firman Tuhan sudah menjadi bagian di dalam jiwa jemaat Makedonia.
Seharusnya firman Tuhan pun menjadi bagian jiwa kita, sehingga saat kita menjalankan firman Tuhan, khususnya pada saat ini mengenai memberi berkat, kita mau memberikannya sebagai suatu ketaatan kepada firman-Nya. Dengan rela dan dengan sukacita kita mau memberikan berkat bagi mereka yang membutuhkan. Memang Tuhan tidak pernah berjanji kepada kita setiap hari menjadi seorang yang kaya atau tidak akan mengalami kesulitan hidup. Namun, ingatlah bahwa firman itu sudah menjadi bagian dari hidup kita, maka kita mau tetap membagikan berkat itu di dalam segala keadaan yang kita alami.
Contoh : suatu kali ada seorang hamba Tuhan yang sudah cukup berusia. Beliau tidak pandai berkhotbah ataupun melakukan pelayanan di atas mimbar. Namun, situasi ini tidak membuat beliau patah semangat. Dengan sukacita dan rela hati beliau melakukan pelayanan lain yang bisa dilakukan dengan baik, yaitu menjadi pendoa syafaat dan melakukan pembesukan. Dikarenakan beliau melakukan dengan rela hati dan cukacita, maka banyak jemaat yang beroleh berkat melalui pelayanannya. Inilah hamba Tuhan yang pernah melayani bersama saya di suatu gereja. Hamba Tuhan ini membuktikan bahwa firman Tuhan sudah menjadi bagian di dalam jiwanya, maka ia taat menjalankan firman itu di dalam kehidupannya sehari-hari.
Keadaan dan situasi bukanlah alasan seseorang untuk tidak membagikan berkat. Justru di dalam keadaan yang sulitlah seseorang bisa menjadi berkat bagi orang lain. Inilah yang menyatakan bahwa firman Tuhan sudah melekat di dalam dirinya dan menjadi bagian di dalam hidupnya, sehingga ia mau taat menjalankan firman Tuhan itu.
3. Memberi berkat sebagai alat bersaksi bagi orang percaya (ay.5-7)
Jemaat Makedonia jelas memberikan berkat bukan hanya berupa materi saja, namun mereka terlebih lagi menyerahkan diri untuk menjadi pengabar-pengabar firman Tuhan. Pertama-tama mereka memberikan dirinya kepada Tuhan, sebagai suatu komitmen pribadi mereka untuk menjadi seorang yang percaya kepada Tuhan dan menjadi seorang yang memperoleh hidup baru, namun, mereka merasa tidak cukup hanya sampai dibagian mereka menyerahkan diri kepada Tuhan. Mereka merasa ada yang masih kurang, yaitu mereka mau memberikan diri mereka menjadi pengabar firman Tuhan. Mengapa demikian? Sebab mereka tahu dan sadar banyak orang yang masih membutuhkan berkat firman Tuhan dan berkat keselamatan. Jemaat Makedonia sudah memperoleh keselamatan dan firman Tuhan itu terlebih dahulu melalui pelayanan Paulus bersama rekan-rekannya, maka jemaat Makedonia mau kembali membagikan berkat itu bagi setiap orang yang belum mengenal Yesus. Mereka memiliki kerinduan yang sangat mendalam untuk menjadi saksi Kristus bagi orang lain, sebab mereka tersentuh hatinya saat menyadari masih banyak orang yang membutuhkan injil, sedangkan hamba Tuhan sedikit.
Jemaat yang dikasihi Tuhan, melalui bagian ini kita mau belajar bukan hanya kita menyerahkan diri kepada Tuhan sebagai seorang yang percaya, namun saat kita menyerahkan diri kepada Tuhan, kita mau berkomitmen untuk memperoleh hidup yang dibaharui Tuhan. Setelah beroleh hidup yang dibaharui Tuhan, maka kita harus menjadi saksi bagi setiap orang yang belum percaya kepada Tuhan dengan membagikan berkat yang kita miliki. Yang dibutuhkan oleh orang percaya adalah kerinduan untuk membagikan berkat yang telah Tuhan berikan kepada kita, sehingga kita menjadi saksi Kristus ditengah dunia. Seseorang bisa saja menjadi berkat berupa kesaksian yang dilakukan bukan di atas mimbar, namun melalui teladan hidup yang disampaikan kepada orang yang belum percaya kepada Allah.
Contoh : Yosua adalah pemimpin bangsa Israel yang Tuhan telah pilih. Ini merupakan berkat baginya, maka Yosua mau membagikan berkat itu dengan menjalankan kepemimpinannya sesuai dengan firman Tuhan, sebab ia mau menjadi saksi di dalam bangsa Israel. Begitu juga dengan setiap kita. Ia tahu saat ia menyatakan diri dihadapan Tuhan siap untuk menjadi pemimpin dengan berbagai proses yang harus ia alami terlebih dahulu, maka ia sadar kini ia mengalami pembaharuan hidup dari Tuhan dan harus ia buktikan melalui kesaksian hidupnya kepada bangsa Israel.
Diantara kita ada yang menjadi pemimpin, baik pemimpin rumah tangga, pemimpin bagi anak-anak kita pemimpin perusahaan, pemimpin gereja. Saat kita dipilih menjadi pemimpin, maka jadilah saksi melalui kepemimpinan kita ini. Tuhan yang sudah memberikan kita berkat kepercayaan untuk menjadi seorang pemimpin, maka kita mau bagikan berkat itu sebagai pembaharuan hidup kita di dalam Tuhan, sebab kita ada alah saksi Kristus bagi sesama manusia, khususnya bagi setiap mereka yang belum mengenal Kristus.
Penutup
Aplikasi : Jadilah berkat bagi sesama manusia dengan menyadari bahwa:
Berkat berasal dari Tuhan
Memberi berkat adalah ketaatan kepada firman Tuhan (menjadi bagian dari jiwa kita)
Memberi berkat sebagai alat bersaksi bagi orang yang belum mengenal Kristus (bukti pembaharuan hidup di dalam Kristus)
Senin, 17 September 2012
5 HAL UKURAN PERTUMBUHAN IMAN
Ada 5 (lima) hal yang dapat kita jadikan ukuran atau parameter pertumbuhan atau pendewasaan iman tersebut:
1) Mempunyai panca indera yang terlatih untuk membedakan yang baik daripada yang jahat. (Ibrani 5:14). Apakah gereja yang Saudara sering kunjungi itu membuat Saudara semakin terlatih membedakan benar-salah, baik-jahat, tepat-tidak tepat, bertanggungjawab-tak bertanggungjawab dalam kehidupan berkeluarga, bermasyarakat dan bergereja? Apakah Saudara semakin terlatih bersikap yang benar dan baik dalam waktu, kata, janji dan komitmen, uang sendiri apalagi uang perusahaan/ negara/ gereja, budaya dan seksualitas? Jika ya, benarlah Saudara sedang bertumbuh.
2) Mampu membedakan hal-hal yang prinsipil dan tidak prinsipil, serta tidak mau terlibat dalam pertengkaran soal-soal sepele (I Kor 3:11). Apakah gereja yang sering Saudara kunjungi itu membantu Saudara membedakan persoalan prinsipil dan tidak prinsipil, membedakan tujuan dan alat mencapai tujuan, membedakan apa yang seharusnya (das sollen) dan apa yang ada (das sein)? Dan mendorong Saudara memperjuangkan dan kalau perlu mempertengkarkan hal-hal yang sangat prinsipil atau fundamental itu? Jika ya, benarlah Saudara bertumbuh.
3) Memiliki keteguhan sikap dan keyakinan penuh, serta tidak mudah diombang-ambingkan atau diperdaya. (Kol 4:12, Ef 4:12). Apakah gereja itu mendorong Saudara memegang teguh iman dalam kondisi dan situasi apa pun? Apakah Saudara semakin setia dan teguh kepada tujuan, pendirian iman, dan keyakinan Saudara walaupun berbeda atau bahkan bertentangan dengan kebanyakan orang? Apakah Saudara dimampukan mengambil keputusan-keputusan sendiri berdasarkan keyakinan dan hati nurani Saudara, atau malah semakin bergantung kepada pemimpin rohani Saudara? Jika ya, benarlah Saudara sedang bertumbuh?
4) tidak mudah terpesona kepada hal-hal yang sensasional, “ajaib” atau “aneh” (I Kor 14). Apakah Saudara semakin beriman dan sekaligus semakin rasional? Apakah Saudara di sana didorong untuk mengembangkan akal budi dan kemampuan nalar Saudara dan tidak asal percaya dan menelan saja berbagai berita, kabar, ceramah atau bahkan kotbah? Apakah Saudara semakin mampu membedakan mana bungkus dan mana isi dari suatu kotbah atau ajaran? Apakah Saudara makin menjauhi hal-hal sensasional, aneh atau ajaib, namun lebih menyukai iman yang sejati yang tumbuh melalui ketekunan, kerja keras, dan kesabaran? Jika ya, benarlah Saudara bertumbuh. Jika tidak, maka sebenarnya Saudara justru sedang mengalami kemunduran atau degradasi.
5) Bertanggungjawab dan terlibat dalam kehidupan jemaat dan masyarakat. Apakah Saudara semakin bertanggungjawab dalam kehidupan jemaat maupun masyarakat? Apakah Saudara semakin berpikir dan bekerja keras memberikan kontribusi bagi perbaikan gereja dan masyarakat dan tidak lagi mencari kesenangan dan kenyamanan sendiri semata? Jika ya, benarlah iman Saudara sedang bertumbuh dan menjadi dewasa.
Minggu, 02 September 2012
A PIECE 0F FAITH
A Piece of Faith. Only This Piece I Have, My Lord.
Suatu kali murid-murid Yesus tergopoh-gopoh datang kepadaNya.
"Guru..guru..tolong kami."
"Kami perlu melakukan perkara-perkara yang besuuaaaaar.."
"Tolong kami untuk punya kuasa lebih besar.."
"Untuk itu perlu iman, kan? Kalau begitu beritahukan kepada kami, bagaimana caranya supaya dapat iman yang besoooaaaarr!"
"Kalau bisa langsung jadi, lho!"
Yesus cuma menjawab mereka, " Kalau sekiranya kamu mempunyai iman sebesar biji sesawi saja, kamu dapat berkata kepada pohon ara ini: Terbantunlah engkau dan tertanamlah di dalam laut, dan ia akan taat kepadamu."
******
Kebanyakan dari kita memperoleh pengertian bahwa, maksud ucapan Yesus di atas adalah untuk mengingatkan kita betapa "ceteknya" iman kita. Begitu sangat cetek, sehingga kalau kita punya yang kecil sekali saja, kita sudah bisa membuat mukjizat melempar pohon atau gunung. Siapa dari antara pembaca yang sudah pernah melempar gunung ke laut? Ngga perlu ngacung, karena kebanyakan pasti belum. Jadi iman kita memang masih sangat dangkal.
Ngga salah juga. Memang betul kok
Cuma ketika sedang "chatting" lewat Internet dengan sobat saya yang pakai nickname: "Separuh Nafas" " dari namanya tercermin pergumulannya " tiba-tiba saya melihat ucapan Yesus itu dari sisi yang lain.
Murid-murid itu berseru lepada Yesus, "Tambahkan iman KAMI!"
Tambahkan sesuatu pada AKU.
Biar AKU tambah besar. Dan melakukan perkara yang besar.
Ini lho, -AKU " yang perlu tambah iman (dan kuasa)
Tapi Yesus dengan enteng menjawab, "Kamu cuma perlu biji sesawi kok untuk melempar pohon ara.." Pohon ara dalam budaya Yahudi saat itu melambangkan sesuatu yang besar, kekuatan, kokoh, kekuasaan, megah, anggun. Mungkin seperti budaya tradisional Jawa yang suka pakai pohon beringin, contohnya lambang sila ke-3 Pancasila. Sedangkan sesawi? Duh, itu kan sayuran biasa. Yang ada di pasar dan dimakan oleh orang-orang kampung. Dan bijinya adalah biji yang paling kecil dari jenis-jenis sayuran yang lain.
Sekonyong-konyong seolah terlintas humor metafora Yesus dan keajaiban paradoks-Nya.
Kita selalu berpikir bagaimana kita tambah kuat dan besar. Dan berusaha mencari cara mengukur iman. Logika kita, kalau kita hendak mengangkat sesuatu yang berat, maka kita perlu tambahan energi yang lebih besar daripada sesuatu yang berat itu. Kalau kita ingin melakukan mukjizat-mukjizat yang menggoncangkan dunia, maka kita perlu iman yang lebih besar lagi.
Tapi justru seolah-olah Tuhan Yesus mengabaikan pertanyaan murid-muridnya soal ukuran iman. Dia menyodorkan supaya kita menjadi biji sesawi saja, gantinya menjadi pohon ara. Bukan soal KITA-nya yang jadi besar, tapi justru kalau kita merasa lemah dan bergantung pada Tuhan, di situlah sumber kekuatan sejati. Justru kalau kita sadar, bahwa apa yang ada pada kita cuma biji sesawi, di situlah letak kekuatan kita. Bukan soal KITA yang jadi besar, tapi Tuhan yang jadi besar. Iman jadinya bukan ukuran kekuatan kita, tapi jadi ukuran penyerahan kita. Gantinya pohon ara yang megah, adalah biji sesawi yang sederhana. Gantinya keperkasaan, adalah kerendahan hati. Less of me, more of Him.
Paulus berseru-seru agar duri dalam daging-nya dicabut seperti yang dia tulis dalam surat keduanya kepada jemaat Korintus. Tapi Yesus menjawab, "Cukuplah kasih karunia-Ku bagimu, sebab justru dalam kelemahanlah kuasa-Ku menjadi sempurna" . Surat untuk Korintus yang kedua dipenuhi dengan kesesakan dan penderitaan Paulus dalam perjuanganNya. Dan Paulus akhirnya bisa berkata, "Sebab itu terlebih suka aku bermegah atas kelemahanku, supaya kuasa Kristus turun menaungi aku".
Iman yang besar.
Seperti apa?
Pada saat kita merasa kuat?
Atau pada saat kita merasa lemah?
Pada saat kita merasa diri kita seperkasa pohon ara, sehingga kita tidak perlu mengemis pada Tuhan?
Atau pada saat kita merasa diri kita seperti biji sesawi, sehingga kita berseru pada Tuhan? Dan berkata, "Tuhan ini kelemahanku..biar kuasa Kristus saja yang menolongku atas dasar kasih karunia semata."
Minggu, 25 Maret 2012
Selasa, 13 Maret 2012
Drama keluarga, "Little House On The Prairie".
Drama keluarga, Little House On The Prairie, merupakan film drama yang saya selalu tunggu di TVRI. Kisah keluarga petani yang dipernakan oleh Michael Landon (ayah) dan Mellisa Gilbert (Laura, putri petani) selalu menyajikan kisah yang menginspirasi.
Kehidupan keluarga petani seolah memberikan pesan akan indahnya kehidupan keluarga petani. Setiap seri dari drama keluarga ini membawakan tema yang sederhana, membawa penonton terpesona akan indahnya sebuah keluarga petani. Melihat peran Michael Landon sebagai ayah, bersama istrinya membesarkan anak-anaknya, serta Laura yang seolah seperti malaikat kecil yang selalu hadir bagi orangtua dan saudara-saudaranya.
Saya sangat kagum dengan Melisa Gilbert yang berperan sebagai Laura. Gadis kecil dengan rambut kepangnya, gigi kelinci serta senyum dan ketawanya membawa suasana menjadi hangat dalam keluarga itu. Keluarga yang dikisahkan sangat religius membawa pesan bagi penonton untuk menjadikan Tuhan sebagai pemimpin keluarga sehingga keluarga senantiasa dilindungi dan diberkati oleh Tuhan. Lihat saja ketika Laura memimpin doa makan bersama. Ini menjadi inspirasi bagi keluarga-keluarga untuk mengajarkan anak mengenal Tuhan.
Lagi-lagi tentang Laura, digambarkan sebagai gadis kecil yang pintar, keingintahuannya membuatnya banyak bertanya. Kehidupan yang dijalaninya setiap hari membuatnya banyak bertanya. Bahkan sebelum tidur masih sempat Laura bertanya ke ayahnya, salah satunya perihal kehidupan orang kulit putih terhadap orang Indian. Tentu saja isi percakapan itu merupakan sindiran tajam tentang hubungan orang kulit putih dengan Indian.
Banyak adegan dalam serial drama itu yang membuat penonton akan setia menunggu setiap serialnya. Setiap keluarga merindukan sebuah kehidupan yang indah seperti dilakonkan dalam drama itu.
Pembelajaran pertama bagi anak adalah di keluarga. Kehidupan keluarga yang baik akan membentuk anak menjadi anak yang baik juga.
Dikirim by Email oleh : Tommy FMR
Senin, 12 Maret 2012
12 langkah menghadapi krisis
| ||||||||
|
Kamis, 08 Maret 2012
Cara Tuhan menjawab doa kita
Ada seorang tentara Amerika yang melayani Tuhan berdiri di pinggir jalan untuk mencari
tumpangan ke kota Chicago di Illinois. Sebenarnya perbuatan "hitchhiking" ini melanggar hukum dan sangat berbahaya, tetapi tidak ada alternatif lain bagi tentara ini kecuali melakukan hal itu.
Tiba-tiba sebuah limousine warna hitam menghampiri tentara itu dan memberikan tumpangan. Tentara dan pemilik limousine tersebut saling berkenalan (siapa namanya, asalnya dari mana,
kerja di mana, dsb) dan tiba-tiba Roh Kudus membisikkan dalam hati tentara ini untuk membagikan berita mengenai keselamatan di alam Kristus kepada pemilik limousine ini. Tentara itu menolak bisikan Roh tersebut, karena pikirnya, masakan saya habis melanggar hukum tiba2 memberitakan Kristus, dan terlebih lagi karena tentara ini TAKUT dipukuli pemilik limousine ini dan diturunkan ditengah jalan.
Tapi bisikan Roh Kudus tersebut sedemikian kuat sehingga tentara ini tidak tahan lagi dan
berkata kepada pemilik limousine ini, "Pak... boleh nggak saya menanyakan masalah pribadi?"
"Oh, boleh saja," jawab Bapak ini, "Pertanyaan apa?" "Kalau misalnya Bapak meninggal dunia
besok pagi, Bapak kira-kira akan masuk surga atau masuk neraka?" "Kamu tahu nggak?" jawab Bapak ini, "Sesaat sebelum saya memberimu tumpangan, saya juga tiba-tiba memikirkan hal itu, dan saya pikir kalau saya mati besok, saya akan masuk neraka." "Bapak mau nggak saya beritahu caranya masuk surga?" tanya tentara ini. "Oh, tentu saja mau," jawab Bapak itu.
Tentara itu lalu mulai membagikan berita keselamatan mengenai Yesus Kristus dan menantang
Bapak ini untuk menerima Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat pribadinya. Bapak itu
bersedia menerima Yesus, dan ia menghentikan mobilnya di pinggir jalan dan mengajak tentara
itu membimbing dia berdoa untuk menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamatnya. Air mata
meleleh di pipi Bapak ini. Ia mengatakan, "kamu tahu nggak? Malam ini kamu sudah melakukan hal yang sangat besar bagi hidup saya, saya nggak akan pernah melupakan apa yang kamu sudah lakukan bagi hidup saya Chicago, ketika tentara ini mohon diri (turun dari mobil), Bapak itu memberikan satu kartu nama sambil berkata, "Ketahuilah... hari ini anda sudah melakukan hal yang sangat penting dalam hidup saya. Kapan-kapan kalau main ke Chicago hubungilah saya di alamat ini." dan tak lama kemudian mereka berpisah.
Waktu lima tahun sudah berlalu dan tentara ini kemudian kembali berkunjung ke kota Chicago,
dan ia ingat akan kartu nama yang diberikan oleh Bapak pemilik limousine ini kepadanya. Tentara
ini ingin tahu kabar mengenai Bapak tersebut, dan ia datang ke alamat yang tertera di kartu nama
tersebut, dan ia sampai ke sebuah gedung pencakar langit kantor pusat sebuah perusahaan raksasa di Amerika Serikat. Ia memberikan kartu tersebut kepada satpam, dan satpam itu sangat terkejut dan bertanya, "Dari mana kamu dapatkan kartu ini?" Tentara itu menjawab, "Yang empunya kartu itu sendiri yang memberikannya kepada saya." sehingga satpam itu menjawab, "Kamu naik ke lantai paling atas, sampai sana belok kiri dan kamu tanya pada sekretaris yang ada di sana." Tentara itu naik ke lantai paling atas dan memberikan kartu nama itu kepada sekretaris yang ada di sana yang juga sangat terkejut, "Dari mana anda dapatkan kartu ini?"
Jawab tentara itu, "Wah... panjang ceritanya... tapi beliau sendiri yang memberikannya kepada
saya." "Bapak ini sekarang tidak ada di sini...apakah anda ingin bertemu dengan istrinya?" "Boleh", jawab tentara itu, dan ia dipertemukan dengan istri Bapak itu yang adalah Presiden Direktur dari perusahaan raksasa tersebut. "Dari mana kamu peroleh kartu ini?" tanya ibu (istri) tersebut. Tentara itu menceriterakan ihwal pertemuannya dengan Bapak itu dan bagaimana Bapak itu menerima Yesus sebagai penyelamatnya. Mendengar itu semua meledaklah tangis Ibu tersebut. Ia menceriterakan bahwa tak lama sesudah menurunkan tentara itu, limousine tersebut memperoleh kecelakaan yang sangat fatal yang menewaskan Bapak tersebut. Ibu itu mengatakan bahwa bertahun-tahun ia berdoa supaya suaminya diselamatkan, dan ia mengira bahwa suaminya meninggal tanpa diselamatkan, sehingga ia begitu marah kepada Tuhan dan meninggalkan gereja dan pelayanannya.
Apa yang dilakukan oleh tentara itu adalah hal yang paling penting yang pernah terjadi dalam
hidup Bapak itu, tetapi hal yang tidak kalah penting lagi ialah CARA Allah mengabulkan doa ibu itu.
Ibu itu sadar bahwa Allah BEKERJA di dalam doa2 yang disampaikannya TANPA memberitahu
Ibu tersebut bahwa doanya TELAH DIKABULKAN TUHAN.
Dari kisah ini kita bisa belajar:
HARUSKAH Tuhan itu memberitahu kita apabila Ia bekerja dalam rangka mengabulkan doa-doa
kita?
TIDAKKAH mata iman kita itu bisa melihat bahwa di balik doa yang SEPERTINYA tidak dikabulkan oleh Tuhan itu TERNYATA Tuhan bekerja untuk mengabulkan doa2 kita?
Sedemikian cepatnyakah kita MENUDUH bahwa Tuhan itu tidak setia, Tuhan itu berbohong,
Tuhan itu tidak menjawab doa-doa kita, dan Tuhan itu tidak berkenan atas doa-doa kita?
HARUSKAH Allah itu mengabulkan doa kita dengan cara yang SESUAI dengan cara yang kita
sodorkan kepada Tuhan? Apakah kita sudah sedemikian "dijangkiti" oleh "doa instan" yang "harus dikabulkan hari ini juga","harus dikabulkan tahun ini juga" dan lain sebagainya?
tumpangan ke kota Chicago di Illinois. Sebenarnya perbuatan "hitchhiking" ini melanggar hukum dan sangat berbahaya, tetapi tidak ada alternatif lain bagi tentara ini kecuali melakukan hal itu.
Tiba-tiba sebuah limousine warna hitam menghampiri tentara itu dan memberikan tumpangan. Tentara dan pemilik limousine tersebut saling berkenalan (siapa namanya, asalnya dari mana,
kerja di mana, dsb) dan tiba-tiba Roh Kudus membisikkan dalam hati tentara ini untuk membagikan berita mengenai keselamatan di alam Kristus kepada pemilik limousine ini. Tentara itu menolak bisikan Roh tersebut, karena pikirnya, masakan saya habis melanggar hukum tiba2 memberitakan Kristus, dan terlebih lagi karena tentara ini TAKUT dipukuli pemilik limousine ini dan diturunkan ditengah jalan.
Tapi bisikan Roh Kudus tersebut sedemikian kuat sehingga tentara ini tidak tahan lagi dan
berkata kepada pemilik limousine ini, "Pak... boleh nggak saya menanyakan masalah pribadi?"
"Oh, boleh saja," jawab Bapak ini, "Pertanyaan apa?" "Kalau misalnya Bapak meninggal dunia
besok pagi, Bapak kira-kira akan masuk surga atau masuk neraka?" "Kamu tahu nggak?" jawab Bapak ini, "Sesaat sebelum saya memberimu tumpangan, saya juga tiba-tiba memikirkan hal itu, dan saya pikir kalau saya mati besok, saya akan masuk neraka." "Bapak mau nggak saya beritahu caranya masuk surga?" tanya tentara ini. "Oh, tentu saja mau," jawab Bapak itu.
Tentara itu lalu mulai membagikan berita keselamatan mengenai Yesus Kristus dan menantang
Bapak ini untuk menerima Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat pribadinya. Bapak itu
bersedia menerima Yesus, dan ia menghentikan mobilnya di pinggir jalan dan mengajak tentara
itu membimbing dia berdoa untuk menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamatnya. Air mata
meleleh di pipi Bapak ini. Ia mengatakan, "kamu tahu nggak? Malam ini kamu sudah melakukan hal yang sangat besar bagi hidup saya, saya nggak akan pernah melupakan apa yang kamu sudah lakukan bagi hidup saya Chicago, ketika tentara ini mohon diri (turun dari mobil), Bapak itu memberikan satu kartu nama sambil berkata, "Ketahuilah... hari ini anda sudah melakukan hal yang sangat penting dalam hidup saya. Kapan-kapan kalau main ke Chicago hubungilah saya di alamat ini." dan tak lama kemudian mereka berpisah.
Waktu lima tahun sudah berlalu dan tentara ini kemudian kembali berkunjung ke kota Chicago,
dan ia ingat akan kartu nama yang diberikan oleh Bapak pemilik limousine ini kepadanya. Tentara
ini ingin tahu kabar mengenai Bapak tersebut, dan ia datang ke alamat yang tertera di kartu nama
tersebut, dan ia sampai ke sebuah gedung pencakar langit kantor pusat sebuah perusahaan raksasa di Amerika Serikat. Ia memberikan kartu tersebut kepada satpam, dan satpam itu sangat terkejut dan bertanya, "Dari mana kamu dapatkan kartu ini?" Tentara itu menjawab, "Yang empunya kartu itu sendiri yang memberikannya kepada saya." sehingga satpam itu menjawab, "Kamu naik ke lantai paling atas, sampai sana belok kiri dan kamu tanya pada sekretaris yang ada di sana." Tentara itu naik ke lantai paling atas dan memberikan kartu nama itu kepada sekretaris yang ada di sana yang juga sangat terkejut, "Dari mana anda dapatkan kartu ini?"
Jawab tentara itu, "Wah... panjang ceritanya... tapi beliau sendiri yang memberikannya kepada
saya." "Bapak ini sekarang tidak ada di sini...apakah anda ingin bertemu dengan istrinya?" "Boleh", jawab tentara itu, dan ia dipertemukan dengan istri Bapak itu yang adalah Presiden Direktur dari perusahaan raksasa tersebut. "Dari mana kamu peroleh kartu ini?" tanya ibu (istri) tersebut. Tentara itu menceriterakan ihwal pertemuannya dengan Bapak itu dan bagaimana Bapak itu menerima Yesus sebagai penyelamatnya. Mendengar itu semua meledaklah tangis Ibu tersebut. Ia menceriterakan bahwa tak lama sesudah menurunkan tentara itu, limousine tersebut memperoleh kecelakaan yang sangat fatal yang menewaskan Bapak tersebut. Ibu itu mengatakan bahwa bertahun-tahun ia berdoa supaya suaminya diselamatkan, dan ia mengira bahwa suaminya meninggal tanpa diselamatkan, sehingga ia begitu marah kepada Tuhan dan meninggalkan gereja dan pelayanannya.
Apa yang dilakukan oleh tentara itu adalah hal yang paling penting yang pernah terjadi dalam
hidup Bapak itu, tetapi hal yang tidak kalah penting lagi ialah CARA Allah mengabulkan doa ibu itu.
Ibu itu sadar bahwa Allah BEKERJA di dalam doa2 yang disampaikannya TANPA memberitahu
Ibu tersebut bahwa doanya TELAH DIKABULKAN TUHAN.
Dari kisah ini kita bisa belajar:
HARUSKAH Tuhan itu memberitahu kita apabila Ia bekerja dalam rangka mengabulkan doa-doa
kita?
TIDAKKAH mata iman kita itu bisa melihat bahwa di balik doa yang SEPERTINYA tidak dikabulkan oleh Tuhan itu TERNYATA Tuhan bekerja untuk mengabulkan doa2 kita?
Sedemikian cepatnyakah kita MENUDUH bahwa Tuhan itu tidak setia, Tuhan itu berbohong,
Tuhan itu tidak menjawab doa-doa kita, dan Tuhan itu tidak berkenan atas doa-doa kita?
HARUSKAH Allah itu mengabulkan doa kita dengan cara yang SESUAI dengan cara yang kita
sodorkan kepada Tuhan? Apakah kita sudah sedemikian "dijangkiti" oleh "doa instan" yang "harus dikabulkan hari ini juga","harus dikabulkan tahun ini juga" dan lain sebagainya?
Cara Memanfaatkan Problem
Apa yang Tuhan ingin katakan melalui problem yang Tuhan
ijinkan terjadi dalam hidup kita?
Respon kita yang akan menentukan apakah problem tersebut
dapat menghancurkan kita atau dapat
membangun kita. Sayangnya, kebanyakan orang sering gagal
untuk melihat bagaimana Tuhan ingin
menggunakan problem ini untuk mendatangkan kebaikan dalam
hidup mereka. Mereka bereaksi
bodoh dan membenci problem daripada mencoba untuk berpikir
keuntungan apa yang dapat
diperoleh melalui problem tersebut.
Dibawah ini adalah 5 cara bagaimana Tuhan ingin menggunakan
problem tersebut dalam hidup kita.
1. Tuhan menggunakan problem untuk menuntun kita.
Kadang-kadang Tuhan perlu
memberikan kejutan untuk membuat anda bergerak maju. Problem
seringkali memberikan arah
tujuan yang benar dan memotivasi kita. Tuhan ingin menarik
perhatian kita sehingga kita kembali
fokus kepada jalanNya. Amsal 20:30 - .....dan pukulan
membersihkan lubuk hati. "Seringkali terjadi
situasi yang menyakitkan untuk merubah jalan kita."
2. Tuhan menggunakan problem untuk menginspeksi kita.
Manusia seperti teh celup....apabila
kita ingin mengetahui apa yang ada di dalamnya, kita
celupkan ke dalam air panas! Apakah Tuhan
pernah meguji iman saudara melalui problem? Apabila saudara
mengalami problem, apa yang
muncul dari dalam saudara? "Ketika kita mengalami
banyak masalah, seharusnya kita penuh dengan
sukacita. karena kita tahu bahwa masalah itu menguji iman
kita dan hal ini akan menghasilkan
kesabaran" Yakobus 1: 2-4
3. Tuhan menggunakan problem untuk mengkoreksi kita.
Beberapa pelajaran hanya dapat
kita pelajari melalui kepedihan dan kegagalan. Sebagai
seorang anak, seringkali orang tua kita
mengajarkan untuk tidak memgang kompor yang panas. Tetapi
beberapa dari kita baru percaya dan
belajar bahwa kompor itu panas setelah memegang dengan
tangan sendiri dan merasakan bagaimana
tidak enaknya terbakar. Kadang-kadang kita baru menyadari,
belajar dan menghargai sesuatu setelah
kita kehilangan sesuatu. "Adalah hal yang terbaik yang
terjadi bagiku apabila degan itu aku dapat
belajar ketetapanMU" Mazmur 119:71-73
4. Tuhan menggunakan problem untuk melindungi kita. Problem
dapat menjadi berkat bagi
kita ketika dapat menghindarkan kita dari hal-hal yang
berbahaya. Tahun lalu seorang teman saya di
PHK dari pekerjaannya karena menolak untuk melakukan hal
yang tidak etis yang diinginkan oleh
atasannya. Pengangguran sementara itu adalah problem yang
dihadapinya pada saat itu ,namun
hal itu justru menyelamatkannya dari penjara setelah tim
direksi mengetahui perbuatan tersebut
beberapa saat setelah dia dipecat dari pekerjaannya.
"Engkau merancangkan yang jahat terhadap aku,
tetapi Tuhan merancangkan yang baik untuk aku" Keadian
50:20
5. Tuhan menggunakan problem untuk meyempurnakan kita
Problem, bila kita kita
meresponikannya dengan benar, adalah merupakan pembentuk
karakter kita. Tuhan lebih tertarik
dalam karakter kita daripada kenyamanan kita. Hubungan kita
dengan Tuhan dan karakter kita
adalah dua hal yang akan kita bawa ke dalam kekekalan.
"KIta dapat bersuka cita sewaktu berjalan
dalam problem...karena melalui itulah kita belajar
kesabaran. Dan kesabaran membangun karakter
yang kuat dalam kita dan membantu kita untuk percaya kepada
Tuhan semakin dalam sampai
akhirnya pengharapan dan iman kita kuat dan matang."
Roma 5:3-5 TUHAN SEDANG BEKERJA DALAM HIDUP KITA SEKALIPUN
KITA TIDAK
MENYADARINYA ATAUPUN MENGERTI
Minggu, 04 Maret 2012
Rabu, 22 Februari 2012
Selasa, 21 Februari 2012
From Good To Great
Matius 10:1
Yesus memanggil kedua belas murid-Nya dan memberi kuasa kepada mereka untuk mengusir roh-roh jahat dan untuk melenyapkan segala penyakit dan segala kelemahan.
Bacaan Alkitab Setahun : Mazmur 49; Kisah Para Rasul 21; Imamat 8-9
From good to great! Rasanya ungkapan tersebut sedang menjadi sasaran yang sedang trend di berbagai perusahaan akhir-akhir ini. Mereka tidak puas hanya dengan menjadi baik saja, tetapi mereka ingin menjadi besar dan luar biasa.
Bagi kita para praktisi dalam dunia kerja, hal tersebut juga dapat kita terapkan, dan kita akan merenungkan salah satu aspek yang sangat penting yang perlu dipahami sehingga kita dapat beralih dari sekedar baik menjadi luar biasa.
Tentunya tidak ada yang meragukan kemampuan dan performa Yesus Tuhan kita, saat Ia hidup di dunia sebagai manusia. Dia adalah seorang yang memiliki performa yang top dan belum ada bandingannya hingga saat ini. Belum ada yang dapat memberikan keteladanan hidup seperti Dia. Namun Firman-Nya mencatat bagaimana Ia menyadari bahwa tidak mungkin Ia melakukan semua pekerjaan-Nya sendirian. Untuk menggenapi seluruh rencana Bapa bagi umat manusia, kemudian Ia memanggil, memuridkan dan mengutus urid-murid.
Tidak ada yang dapat mencapai hasil luar biasa sendirian. Semua pekerjaan dan proyek besar adalah hasil kerjasama suatu tim. Hidup kita bukan hanya sekedar pertandingan sprint, tetapi bagaikan perlombaan estafet. Kita perlu orang lain untuk menjadi besar. Mari kita berkomitmen untuk menjadi seorang pemain tim dan bukan hanya seorang pemain solo.
Hidup kita bukan hanya sekedar pertandingan sprint, tetapi bagaikan perlombaan estafet.
Yesus memanggil kedua belas murid-Nya dan memberi kuasa kepada mereka untuk mengusir roh-roh jahat dan untuk melenyapkan segala penyakit dan segala kelemahan.
Bacaan Alkitab Setahun : Mazmur 49; Kisah Para Rasul 21; Imamat 8-9
From good to great! Rasanya ungkapan tersebut sedang menjadi sasaran yang sedang trend di berbagai perusahaan akhir-akhir ini. Mereka tidak puas hanya dengan menjadi baik saja, tetapi mereka ingin menjadi besar dan luar biasa.
Bagi kita para praktisi dalam dunia kerja, hal tersebut juga dapat kita terapkan, dan kita akan merenungkan salah satu aspek yang sangat penting yang perlu dipahami sehingga kita dapat beralih dari sekedar baik menjadi luar biasa.
Tentunya tidak ada yang meragukan kemampuan dan performa Yesus Tuhan kita, saat Ia hidup di dunia sebagai manusia. Dia adalah seorang yang memiliki performa yang top dan belum ada bandingannya hingga saat ini. Belum ada yang dapat memberikan keteladanan hidup seperti Dia. Namun Firman-Nya mencatat bagaimana Ia menyadari bahwa tidak mungkin Ia melakukan semua pekerjaan-Nya sendirian. Untuk menggenapi seluruh rencana Bapa bagi umat manusia, kemudian Ia memanggil, memuridkan dan mengutus urid-murid.
Tidak ada yang dapat mencapai hasil luar biasa sendirian. Semua pekerjaan dan proyek besar adalah hasil kerjasama suatu tim. Hidup kita bukan hanya sekedar pertandingan sprint, tetapi bagaikan perlombaan estafet. Kita perlu orang lain untuk menjadi besar. Mari kita berkomitmen untuk menjadi seorang pemain tim dan bukan hanya seorang pemain solo.
Hidup kita bukan hanya sekedar pertandingan sprint, tetapi bagaikan perlombaan estafet.
Minggu, 19 Februari 2012
Memilih untuk melangkah maju daripada mundur.
"Setiap orang yang siap untuk membajak tetapi menoleh ke belakang tidak layak untuk Kerajaan Allah."
(Neh 2:1-8; Luk 9:57-62)
" Ketika Yesus dan murid-murid-Nya melanjutkan perjalanan mereka, berkatalah seorang di tengah jalan kepada Yesus: "Aku akan mengikut Engkau, ke mana saja Engkau pergi." Yesus berkata kepadanya: "Serigala mempunyai liang dan burung mempunyai sarang, tetapi Anak Manusia tidak mempunyai tempat untuk meletakkan kepala-Nya." Lalu Ia berkata kepada seorang lain: "Ikutlah Aku!" Tetapi orang itu berkata: "Izinkanlah aku pergi dahulu menguburkan bapaku." Tetapi Yesus berkata kepadanya: "Biarlah orang mati menguburkan orang mati; tetapi engkau, pergilah dan beritakanlah Kerajaan Allah di mana-mana." Dan seorang lain lagi berkata: "Aku akan mengikut Engkau, Tuhan, tetapi izinkanlah aku pamitan dahulu dengan keluargaku." Tetapi Yesus berkata: "Setiap orang yang siap untuk membajak tetapi menoleh ke belakang, tidak layak untuk Kerajaan Allah." (Luk 9:57-62), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.
Jalan sehat keluarga Gemindo Jemaat Diaspora Batam tempat Ocarina Batam center
Selasa, 14 Februari 2012
Langganan:
Postingan (Atom)