Minggu, 01 April 2018
Sabtu, 06 Februari 2016
Sabtu, 06 April 2013
Minggu, 10 Maret 2013
Inilah Hidup
Kadang di puncak gunung, kadang di lembah yang kelam…
Namun dimanapun kita berada, ingatlah di sana juga ada Tuhan yang beserta kita …
Therefore, when we are in the top, let us be thankful; when we are in the valley, we keep giving thanks, amen?
Saat menghadapi puncak, kita bersyukur; saat menghadapi lembah, kita juga tetap bersyukur, amen?
Kita harus menghadapi yang namanya hidup…
namun percayalah dalam hidup ini Tuhan selalu menyertai kita.
Sabtu, 22 September 2012
DIBERKATI UNTUK MENJADI BERKAT
Nats : 2 Korintus 8:1-7
Tujuan :
Jemaat mengerti alasan memberikan berkat
Jemaat mengerti aspek-aspek berkat
Pendahuluan
Latar belakang 2 Korintu 8
2 Korintus 8 ini dituliskan oleh Paulus kepada jemaat di Korintus, dengan maksud ingin mengingatkan mereka akan janji jemaat Korintus. Jemaat Korintus pernah berjanji kepada Paulus untuk memberikan berkat yang mereka miliki berupa sumbangan dana bagi Yerusalem. Namun, dengan berjalannya hari, mereka mulai undur dari janji mereka sendiri dan Paulus melalui surat ini ingin kembali menegaskan apa yang menjadi janji jemaat Korintus.
Peralihan : Untuk dapat menjadi seorang percaya yang membagikan berkat, maka kita perlu mengerti alasan firman Tuhan terhadap berkat tersebut, sehingga berkat itu dapat kita sampaikan kepada sesama kita, saudara ataupun rekan dan keluarga kita.
Isi
Semua manusia di dunia ini mau dan membutuhkan berkat. Berkat umum yang didapat, diantaranya:
Keluarga
Harta
Jabatan
Perlindungan
Kebahagiaan
Kesejahteraan, dll
Orang yang percaya kepada Yesus, akan menambahkan beberapa point berkat, yang saya namakan dengan berkat khusus, diantaranya:
Berkat keselamatan
Firman Tuhan untuk mengarahkan hidup kita
Roh Kudus untuk menegur dan mengingatkan hati kita
Talenta untuk melayani
Namun, jangan dilupakan semua berkat ini harus kita bagikan kepada setiap orang yang membutuhkan, termasuk orang yang belum percaya kepada Tuhan. Mengapa? Ada 3 alasan tentang membagikan berkat yang dapat kita pelajari melalui firman Tuhan pada hari ini:
1. Berkat berasal dari kasih karunia Allah (ay.1)
Di dalam firman Tuhan ini, Paulus menceritakan kepada jemaat Korintus tentang bagaimana komitmen memberi di dalam jemaat Makedonia. Jemaat Makedonia ini adalah salah satu jemaat Paulus yang berhasil di dalam pengabaran injil, sehingga mereka mampu berkomitmen untuk menjadi berkat atau memberi berkat bagi oranglain. Jemaat Makedonia sadar akan pekerjaan Tuhan bagi mereka, sehingga mereka tidak hanya mau menerima dan dinikmati sendiri saja, namun mereka mau membagikannya kepada orang yang membutuhkan, sehingga orang yang mendapat berkat dari jemaat Makedonia pun beroleh sukacita. Mereka mau mensyukuri berkat Tuhan itu dengan membagikan berkat yang mereka dapati kepada orang yang membutuhkan.
Paulus di sini mengingatkan bagaimana berkat adalah anugerah Allah yang diberikan kepada setiap orang percaya. Dengan kesadaran inilah maka, Paulus sebenarnya meminta kepada jemaat Korintus untuk sadar akan kasih karunia Allah ini yang telah mereka terima. Paulus berharap bahwa saat jemaat Korintus membaca surat ini, mereka sadar bahwa mereka memiliki berkat dari Allah maka mereka juga mau bagikan kepada orang-orang di Yerusalem yang pada saat itu sedang membutuhkan dana.
Begitu juga dengan setiap kita sebagai orang yang telah beroleh berkat yang besar dari Tuhan. Kita mau sadar bahwa berkat yang selama ini kita dapat asalnya dari Tuhan dan dengan kesadaran inilah kita tidak maenyimpan berkat itu sendiri saja, namun kita mau membagikannya bagi orang-orang yang ada disekitar kita. Berkat apa saja dapat kita berikan kepada oranglain yang membutuhkan, misalnya: jika kita ini seorang yang berkecukupan di dalam hal materi, maka kita sadari bahwa semuanya itu datangnya dari Tuhan, kita mau bersyukur kepada-Nya dengan bagikan berkat yang kita miliki itu untuk membantu mencukupkan kebutuhan orang-orang yang berkekurangan. Jika kita seorang guru, kita diberi berkat oleh Tuhan untuk mampu mengajar para siswa, maka mari kita gunakan berkat itu untuk mengajar para siswa sebagai ucapan syukur kepada Tuhan.
Contoh : seperti jemaat mula-mula di dalam kisah pararasul. Mereka mau saling berbagi berkat sebagai kesadaran mereka akan asal berkat itu dan ucapan syukur kepada Tuhan atas berkat yang telah diberikan kepada mereka.
2. Memberi berkat bukti ketaatan kepada firman Tuhan (ay. 2-4)
Dalam firman Tuhan kali ini, Paulus menjelaskan melalui suratnya kepada jemaat Korintus tentang alasan lain harus memberikan berkat, yaitu sebagai bukti ketaatan kepada firman Tuhan.
Alkitab selalu mengajarkan kasih dan peduli sesama. Namun, ini perlu dibedakan dengan agama lain. Peduli dan kasih agama lain lebih kepada beroleh ketenangan batin, agar tuhan memberikan mereka pahala yang besar dan agar mereka beroleh selamat. Namun, di dalam keKristenan, kasih dan peduli sesama sebagai lambang nyata perubahan hidup orang yang sudah percaya kepada Tuhan. Hidup orang yang percaya tidak lagi mementingkan diri sendiri, tidak lagi bersikap ingin menang sendiri ataupun ingin menikmati berkat itu sendiri. Namun, saat seorang sudah beroleh keselamatan dari Yesus, maka ia akan patuh terhadap firman Tuhan untuk peduli dan mengasihi sesama manusia. Peduli dan kasih inilah yang menjadi bagian di dalam jiwa orang percaya, sehingga mereka dengan rela hati, sukacita mau memberikan berkat bagi oranglain. Jika kita simak, inilah yang Paulus saksikan tentang jemaat Makedonia. Bahkan dijelaskan oleh Paulus bahwa jemaat Makedonia bukan hanya memberikan berkat berdasarkan kemampuan mereka sendiri, namun mereka mau memberikannya di dalam berbagai situasi bahkan mereka berikan lebih. Inilah bukti firman Tuhan sudah menjadi bagian di dalam jiwa jemaat Makedonia.
Seharusnya firman Tuhan pun menjadi bagian jiwa kita, sehingga saat kita menjalankan firman Tuhan, khususnya pada saat ini mengenai memberi berkat, kita mau memberikannya sebagai suatu ketaatan kepada firman-Nya. Dengan rela dan dengan sukacita kita mau memberikan berkat bagi mereka yang membutuhkan. Memang Tuhan tidak pernah berjanji kepada kita setiap hari menjadi seorang yang kaya atau tidak akan mengalami kesulitan hidup. Namun, ingatlah bahwa firman itu sudah menjadi bagian dari hidup kita, maka kita mau tetap membagikan berkat itu di dalam segala keadaan yang kita alami.
Contoh : suatu kali ada seorang hamba Tuhan yang sudah cukup berusia. Beliau tidak pandai berkhotbah ataupun melakukan pelayanan di atas mimbar. Namun, situasi ini tidak membuat beliau patah semangat. Dengan sukacita dan rela hati beliau melakukan pelayanan lain yang bisa dilakukan dengan baik, yaitu menjadi pendoa syafaat dan melakukan pembesukan. Dikarenakan beliau melakukan dengan rela hati dan cukacita, maka banyak jemaat yang beroleh berkat melalui pelayanannya. Inilah hamba Tuhan yang pernah melayani bersama saya di suatu gereja. Hamba Tuhan ini membuktikan bahwa firman Tuhan sudah menjadi bagian di dalam jiwanya, maka ia taat menjalankan firman itu di dalam kehidupannya sehari-hari.
Keadaan dan situasi bukanlah alasan seseorang untuk tidak membagikan berkat. Justru di dalam keadaan yang sulitlah seseorang bisa menjadi berkat bagi orang lain. Inilah yang menyatakan bahwa firman Tuhan sudah melekat di dalam dirinya dan menjadi bagian di dalam hidupnya, sehingga ia mau taat menjalankan firman Tuhan itu.
3. Memberi berkat sebagai alat bersaksi bagi orang percaya (ay.5-7)
Jemaat Makedonia jelas memberikan berkat bukan hanya berupa materi saja, namun mereka terlebih lagi menyerahkan diri untuk menjadi pengabar-pengabar firman Tuhan. Pertama-tama mereka memberikan dirinya kepada Tuhan, sebagai suatu komitmen pribadi mereka untuk menjadi seorang yang percaya kepada Tuhan dan menjadi seorang yang memperoleh hidup baru, namun, mereka merasa tidak cukup hanya sampai dibagian mereka menyerahkan diri kepada Tuhan. Mereka merasa ada yang masih kurang, yaitu mereka mau memberikan diri mereka menjadi pengabar firman Tuhan. Mengapa demikian? Sebab mereka tahu dan sadar banyak orang yang masih membutuhkan berkat firman Tuhan dan berkat keselamatan. Jemaat Makedonia sudah memperoleh keselamatan dan firman Tuhan itu terlebih dahulu melalui pelayanan Paulus bersama rekan-rekannya, maka jemaat Makedonia mau kembali membagikan berkat itu bagi setiap orang yang belum mengenal Yesus. Mereka memiliki kerinduan yang sangat mendalam untuk menjadi saksi Kristus bagi orang lain, sebab mereka tersentuh hatinya saat menyadari masih banyak orang yang membutuhkan injil, sedangkan hamba Tuhan sedikit.
Jemaat yang dikasihi Tuhan, melalui bagian ini kita mau belajar bukan hanya kita menyerahkan diri kepada Tuhan sebagai seorang yang percaya, namun saat kita menyerahkan diri kepada Tuhan, kita mau berkomitmen untuk memperoleh hidup yang dibaharui Tuhan. Setelah beroleh hidup yang dibaharui Tuhan, maka kita harus menjadi saksi bagi setiap orang yang belum percaya kepada Tuhan dengan membagikan berkat yang kita miliki. Yang dibutuhkan oleh orang percaya adalah kerinduan untuk membagikan berkat yang telah Tuhan berikan kepada kita, sehingga kita menjadi saksi Kristus ditengah dunia. Seseorang bisa saja menjadi berkat berupa kesaksian yang dilakukan bukan di atas mimbar, namun melalui teladan hidup yang disampaikan kepada orang yang belum percaya kepada Allah.
Contoh : Yosua adalah pemimpin bangsa Israel yang Tuhan telah pilih. Ini merupakan berkat baginya, maka Yosua mau membagikan berkat itu dengan menjalankan kepemimpinannya sesuai dengan firman Tuhan, sebab ia mau menjadi saksi di dalam bangsa Israel. Begitu juga dengan setiap kita. Ia tahu saat ia menyatakan diri dihadapan Tuhan siap untuk menjadi pemimpin dengan berbagai proses yang harus ia alami terlebih dahulu, maka ia sadar kini ia mengalami pembaharuan hidup dari Tuhan dan harus ia buktikan melalui kesaksian hidupnya kepada bangsa Israel.
Diantara kita ada yang menjadi pemimpin, baik pemimpin rumah tangga, pemimpin bagi anak-anak kita pemimpin perusahaan, pemimpin gereja. Saat kita dipilih menjadi pemimpin, maka jadilah saksi melalui kepemimpinan kita ini. Tuhan yang sudah memberikan kita berkat kepercayaan untuk menjadi seorang pemimpin, maka kita mau bagikan berkat itu sebagai pembaharuan hidup kita di dalam Tuhan, sebab kita ada alah saksi Kristus bagi sesama manusia, khususnya bagi setiap mereka yang belum mengenal Kristus.
Penutup
Aplikasi : Jadilah berkat bagi sesama manusia dengan menyadari bahwa:
Berkat berasal dari Tuhan
Memberi berkat adalah ketaatan kepada firman Tuhan (menjadi bagian dari jiwa kita)
Memberi berkat sebagai alat bersaksi bagi orang yang belum mengenal Kristus (bukti pembaharuan hidup di dalam Kristus)
Senin, 17 September 2012
5 HAL UKURAN PERTUMBUHAN IMAN
Ada 5 (lima) hal yang dapat kita jadikan ukuran atau parameter pertumbuhan atau pendewasaan iman tersebut:
1) Mempunyai panca indera yang terlatih untuk membedakan yang baik daripada yang jahat. (Ibrani 5:14). Apakah gereja yang Saudara sering kunjungi itu membuat Saudara semakin terlatih membedakan benar-salah, baik-jahat, tepat-tidak tepat, bertanggungjawab-tak bertanggungjawab dalam kehidupan berkeluarga, bermasyarakat dan bergereja? Apakah Saudara semakin terlatih bersikap yang benar dan baik dalam waktu, kata, janji dan komitmen, uang sendiri apalagi uang perusahaan/ negara/ gereja, budaya dan seksualitas? Jika ya, benarlah Saudara sedang bertumbuh.
2) Mampu membedakan hal-hal yang prinsipil dan tidak prinsipil, serta tidak mau terlibat dalam pertengkaran soal-soal sepele (I Kor 3:11). Apakah gereja yang sering Saudara kunjungi itu membantu Saudara membedakan persoalan prinsipil dan tidak prinsipil, membedakan tujuan dan alat mencapai tujuan, membedakan apa yang seharusnya (das sollen) dan apa yang ada (das sein)? Dan mendorong Saudara memperjuangkan dan kalau perlu mempertengkarkan hal-hal yang sangat prinsipil atau fundamental itu? Jika ya, benarlah Saudara bertumbuh.
3) Memiliki keteguhan sikap dan keyakinan penuh, serta tidak mudah diombang-ambingkan atau diperdaya. (Kol 4:12, Ef 4:12). Apakah gereja itu mendorong Saudara memegang teguh iman dalam kondisi dan situasi apa pun? Apakah Saudara semakin setia dan teguh kepada tujuan, pendirian iman, dan keyakinan Saudara walaupun berbeda atau bahkan bertentangan dengan kebanyakan orang? Apakah Saudara dimampukan mengambil keputusan-keputusan sendiri berdasarkan keyakinan dan hati nurani Saudara, atau malah semakin bergantung kepada pemimpin rohani Saudara? Jika ya, benarlah Saudara sedang bertumbuh?
4) tidak mudah terpesona kepada hal-hal yang sensasional, “ajaib” atau “aneh” (I Kor 14). Apakah Saudara semakin beriman dan sekaligus semakin rasional? Apakah Saudara di sana didorong untuk mengembangkan akal budi dan kemampuan nalar Saudara dan tidak asal percaya dan menelan saja berbagai berita, kabar, ceramah atau bahkan kotbah? Apakah Saudara semakin mampu membedakan mana bungkus dan mana isi dari suatu kotbah atau ajaran? Apakah Saudara makin menjauhi hal-hal sensasional, aneh atau ajaib, namun lebih menyukai iman yang sejati yang tumbuh melalui ketekunan, kerja keras, dan kesabaran? Jika ya, benarlah Saudara bertumbuh. Jika tidak, maka sebenarnya Saudara justru sedang mengalami kemunduran atau degradasi.
5) Bertanggungjawab dan terlibat dalam kehidupan jemaat dan masyarakat. Apakah Saudara semakin bertanggungjawab dalam kehidupan jemaat maupun masyarakat? Apakah Saudara semakin berpikir dan bekerja keras memberikan kontribusi bagi perbaikan gereja dan masyarakat dan tidak lagi mencari kesenangan dan kenyamanan sendiri semata? Jika ya, benarlah iman Saudara sedang bertumbuh dan menjadi dewasa.
Minggu, 02 September 2012
A PIECE 0F FAITH
A Piece of Faith. Only This Piece I Have, My Lord.
Suatu kali murid-murid Yesus tergopoh-gopoh datang kepadaNya.
"Guru..guru..tolong kami."
"Kami perlu melakukan perkara-perkara yang besuuaaaaar.."
"Tolong kami untuk punya kuasa lebih besar.."
"Untuk itu perlu iman, kan? Kalau begitu beritahukan kepada kami, bagaimana caranya supaya dapat iman yang besoooaaaarr!"
"Kalau bisa langsung jadi, lho!"
Yesus cuma menjawab mereka, " Kalau sekiranya kamu mempunyai iman sebesar biji sesawi saja, kamu dapat berkata kepada pohon ara ini: Terbantunlah engkau dan tertanamlah di dalam laut, dan ia akan taat kepadamu."
******
Kebanyakan dari kita memperoleh pengertian bahwa, maksud ucapan Yesus di atas adalah untuk mengingatkan kita betapa "ceteknya" iman kita. Begitu sangat cetek, sehingga kalau kita punya yang kecil sekali saja, kita sudah bisa membuat mukjizat melempar pohon atau gunung. Siapa dari antara pembaca yang sudah pernah melempar gunung ke laut? Ngga perlu ngacung, karena kebanyakan pasti belum. Jadi iman kita memang masih sangat dangkal.
Ngga salah juga. Memang betul kok
Cuma ketika sedang "chatting" lewat Internet dengan sobat saya yang pakai nickname: "Separuh Nafas" " dari namanya tercermin pergumulannya " tiba-tiba saya melihat ucapan Yesus itu dari sisi yang lain.
Murid-murid itu berseru lepada Yesus, "Tambahkan iman KAMI!"
Tambahkan sesuatu pada AKU.
Biar AKU tambah besar. Dan melakukan perkara yang besar.
Ini lho, -AKU " yang perlu tambah iman (dan kuasa)
Tapi Yesus dengan enteng menjawab, "Kamu cuma perlu biji sesawi kok untuk melempar pohon ara.." Pohon ara dalam budaya Yahudi saat itu melambangkan sesuatu yang besar, kekuatan, kokoh, kekuasaan, megah, anggun. Mungkin seperti budaya tradisional Jawa yang suka pakai pohon beringin, contohnya lambang sila ke-3 Pancasila. Sedangkan sesawi? Duh, itu kan sayuran biasa. Yang ada di pasar dan dimakan oleh orang-orang kampung. Dan bijinya adalah biji yang paling kecil dari jenis-jenis sayuran yang lain.
Sekonyong-konyong seolah terlintas humor metafora Yesus dan keajaiban paradoks-Nya.
Kita selalu berpikir bagaimana kita tambah kuat dan besar. Dan berusaha mencari cara mengukur iman. Logika kita, kalau kita hendak mengangkat sesuatu yang berat, maka kita perlu tambahan energi yang lebih besar daripada sesuatu yang berat itu. Kalau kita ingin melakukan mukjizat-mukjizat yang menggoncangkan dunia, maka kita perlu iman yang lebih besar lagi.
Tapi justru seolah-olah Tuhan Yesus mengabaikan pertanyaan murid-muridnya soal ukuran iman. Dia menyodorkan supaya kita menjadi biji sesawi saja, gantinya menjadi pohon ara. Bukan soal KITA-nya yang jadi besar, tapi justru kalau kita merasa lemah dan bergantung pada Tuhan, di situlah sumber kekuatan sejati. Justru kalau kita sadar, bahwa apa yang ada pada kita cuma biji sesawi, di situlah letak kekuatan kita. Bukan soal KITA yang jadi besar, tapi Tuhan yang jadi besar. Iman jadinya bukan ukuran kekuatan kita, tapi jadi ukuran penyerahan kita. Gantinya pohon ara yang megah, adalah biji sesawi yang sederhana. Gantinya keperkasaan, adalah kerendahan hati. Less of me, more of Him.
Paulus berseru-seru agar duri dalam daging-nya dicabut seperti yang dia tulis dalam surat keduanya kepada jemaat Korintus. Tapi Yesus menjawab, "Cukuplah kasih karunia-Ku bagimu, sebab justru dalam kelemahanlah kuasa-Ku menjadi sempurna" . Surat untuk Korintus yang kedua dipenuhi dengan kesesakan dan penderitaan Paulus dalam perjuanganNya. Dan Paulus akhirnya bisa berkata, "Sebab itu terlebih suka aku bermegah atas kelemahanku, supaya kuasa Kristus turun menaungi aku".
Iman yang besar.
Seperti apa?
Pada saat kita merasa kuat?
Atau pada saat kita merasa lemah?
Pada saat kita merasa diri kita seperkasa pohon ara, sehingga kita tidak perlu mengemis pada Tuhan?
Atau pada saat kita merasa diri kita seperti biji sesawi, sehingga kita berseru pada Tuhan? Dan berkata, "Tuhan ini kelemahanku..biar kuasa Kristus saja yang menolongku atas dasar kasih karunia semata."
Langganan:
Postingan (Atom)